perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih berdasarkan teori rational choice

Posted on Updated on


Screen Shot 2015-05-26 at 11.37.18 PMModel pilihan rasional bersumber pada karya Anthony Downs, James Buchannan, Gordon Tullock dan Manchur Olsen.[1] Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh penilaian terhadap keadaan ekonomi-sosial-politik ditingkat individu (egosentrik) dan ditingkat lokal-regional-nasional (sosiotropik).

Pendekatan ini berkembang atas kritikan terhadap kedua pendekatan sebelumnya baik itu pendekatan sosiologis maupun pendekatan psikologis yang menempatkan pemilih pada ruang dan waktu yang kosong (determinan). Pemilih seakan-akan menjadi pion yang mudah ditebak langkahnya. Pendekatan sosiologis menekankan bahwa perilaku memilih ditentukan oleh struktur sosial masyarakat seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, agama dll. Perilaku memilih merupakan faktor yang ditentukan oleh struktur-struktur sosial tadi.

Pada pendekatan psikologis mengasumsikan jika perilaku memilih individu ditentukan oleh faktor psikis seseorang seperti identifikasi diri terhadap partai politik, kesukaan terhadap kualitas kepribadian kandidat, dan informasi politik. Pendekatan ini menekan bahwa perilaku memilih ditentukan oleh faktor-faktor psikis tadi. Sementara itu, menurut pendekatan pilihan rasional, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan terhadap ikatan sosial struktural atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil penilaian rasional dari warga.[2] Pendekatan sosiologis dan psikologis menempatkan individu sebagai obyek yang tidak dapat bertindak “bebas” karena ditentukan oleh struktur sosial dan aspek psikis atau disebutkan juga determinan, sementara pilihan rasional menempatkan individu sebagai aspek yang bebas atau voluntary dalam menentukan pilihannya.

Menurut Anthony Downs melalui deskripsinya mengenai homo economicus, bahwa sang pemilih rasional hanya menuruti kepentinganya sendiri atau kalaupun tidak, akan senantiasa mendahulukan kepentingannya sendiri diatas kepentingan orang lain. Ini sebut juga dengan self-interest axiom. Walaupun menurut Downs, tidak semua orang merupakan orang yang egois, namun ia tiba pada kesimpulan bahwa “sosok-sosok heroik” ini dari segi jumlah dapat diabaikan. Manusia bertindak egois, terutama oleh karena mereka ingin mengoptimalkan kesejahteraan material mereka, yakni pemasukan atau harga benda mereka. Jika hal ini diterapkan kepada perilaku pemilih, maka ini berarti bahwa pemilih yang rasional akan memilih partai yang paling menjanjikan keuntungan bagi dirinya. Pemilih tidak terlalu tertarik kepada konsep politis sebuah partai, melainkan kepada keuntungan terbesar yagn dapat ia peroleh apabila partai ini menduduki pemerintah dibandingkan dengan partai lain[3].

Read More……….

Pendekatan Behavioralism Pada Perilaku Pemilih

Posted on Updated on


Penulis & Judul Sumber : SP. Varma, Teori Politik Modern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
: Dr. Afan Gaffar, Revolusi Behavioralisme, Yogjakarta: FISIP, UGM.
Topik : Pendekatan Behavioralism Pada Perilaku Pemilih

Screen Shot 2015-05-26 at 11.25.32 PM

  1. Deskripsi

Dalam Buku Teori Politik Modern (SP. Varma) bahasan tentang Behavioralisme dikupas pada BAB 2 dengan judul BAB Revolusi Behavioralisme Dalam Ilmu Politik: Arti, Tujuan, dan Batasan-Batasan. Sementara itu tulisan Dr. Afan Gaffar merupakan diktat perkuliahan/bahan ajar di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, UGM yeng membahas tentang sejarah behavioralisme, ruang lingkup, dan konsep-konsepnya.

  1. Ringkasan Buku Afan Gaffar
  • Behavioralisme lahir karena adanya ketidakpuasan kalangan sarjana politik terhadap prosedur atau cara melakukan studi politik tradisional yaitu salah satunya ketidakpuasan terhadap para sarjana politik terhadap analisis yang sifatnya semata-mata deskriptif.
  • Faktor lain lahirnya behavioralisme adalah pengaruh dari penganut aliran positivisme dan pada waktu itu di Amerika semakin berkembang pengumpulan pendapat umum dengan menggunakan reknis riset survey melalui kombinasi dengan matematika dan statistik
  • Periodesasi berkembang behavioralisme dapat dilihat pada tabel dibawah
Periode Keterangan
Perang Dunia II s/d 1949. Pada periode ini behavioralisme belum menunjukkan wajah yang jelas sebagai sebuah gerakan, akan tetapi tanda-tanda kehadirannya sudah mulai dilihat
1950 s/d pertengahan 1950-an Behavioralisme sudah membawa dampak yang sangat besar baik dalam hal penelaahan ilmu politik maupun dalam profesi mereka yang belajar ilmu politik.
1950 s/d 1982 Penentang behavioralisme memberikan kritik-kritik tajam sehingga usaha untuk memperbaiki metode dan prosedur analisis lebih ditingkatkan lagi.
  • Basis keyakinan atau kredo pada sarjana ilmu politik yang menganut paradima behavioralisme digolongkan sebagai berikut:

Read More……….

Resensi Buku “Kuasa Rakyat” Saiful Munjani

Posted on Updated on


Penulis & Judul Sumber : Saiful Mujani dkk, Kuasa Rakyat, Bandung: Mizan Publika, 2008.
Topik : Perilaku Pemilih Dalam Pemilu di Indonesia

KR

 Deskripsi

Buku ini merupakan hasil dari serangkaian penelitian lapangan pada pemilu di Indonesia pada kurun waktu 1999-2009. Isi buku mendemonstrasikan bagaimana faktor-faktor sosiologis, psikologis dan pilihan rasional mempengaruhi sesorang warga dalam memilih partai politik atau calon tertentu dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden di Indonesia. Hal baru dalam buku ini yang tidak hadir dalam buku-buku yang sudah ada yakni buku/penelitian ini bertumpu pada individu pemilih sebagia unit analisisnya serta menjadikan model ekonomi-politik (model pilihan rasional) dan model psikologis (identitas partai dan kualitas personal tokoh) yang dijadikan pendekatan untuk memahami dinamika perilaku pemilih di Indonesia.

  1. Metode Penulisan

Studi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dimana unit analisisnya adalah individu pemilih. Studi menggunakan hasil survei opini publik nasional pada Pemilu Legislatif 1999, 2004, 2009, Pemilihan Presiden Juli 2004, September 2004 dan 2009 dengan masing-masing survey menggunakan 1.200 responden. Metode penarikan sampel dengan menggunakan teknis multistage random sampling.

Metode analisis dilakukan secara bertahap, tahap pertama dengan menggunakan teknik analisis bivariat yaitu untuk mengetahui sejauh mana faktor atau variabel berhubungan dengan faktor atau variabel lainnya. Tahap berikutnya memastikan apakah hubungan bivariat tersebut cukup independen atau tidak, untuk hal ini dilakukan analisis multivariat. Semua analisis dalam studi dapam upaya menguji tiga model perilaku pemilih yaitu model sosiologis, rasional dan psikologis.

Read More………..